Kerajaan-Kerajaan islam di Jawa
Semenjak Islam datang ke Tanah Jawa banyak
sekali kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri. Tapi kami di sini hanya membahas
beberapa kerajaan Besar yang ada di Jawa. Kerajaan-kerajaan itu adalah :
a. Kerajaan Islam Demak
Kerajaaan ini berdiri bersamaan dengan melemahnya
kerajaan besar Majapahit. hal itu memberi peluang kepada penguasa-penguasa
Islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independend. Di bawah
pimipinan sunan Ampel, para ulama sebagai pemimpin spiritual dan sosial yang
dikenal dalam sejarah sebagai wali sanga bersepakat mengangkat Raden Fatah
menjadi raja pertama kerajaan Demak dengan gelar Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.[1]Pemerintahan
Raden Fatah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. [2]
b. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang adalah kelanjutan dan
dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang terletak di
daerah Kertasura sekarang merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di
daerah pedalaman pulau Jawa. Usia kesultanan Pajang tidak lama. Kekuasaan dan
kebesarannya kemudian diambil alih oleh kerajaan Mataran yang berpusat di
Ngayogyakarta.[3]
Sultan atau raja pertama adalah Jaka Tingkir yang
mendapat gelar Hadiwijaya. Ia berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Raden
Hadiwijaya meninggal pada tahun 1587 di makamkan di Butuh, suatu daerah di
sebelah barat taman kerajaan Pajang. Raden Hadiwijaya berhasil memperluas
kekuasaannya ke daerah Madiun, Blora dan Kediri. Beliau digantikan oleh
menatunya Aria Pangiri. Pada tahun 1588 Aria Pangiri dibunuh oleh Senopati,
penguasa Mataram[4],
dan kekuasaan digantikan oleh Pangeran benawa. Pada masa ini kerajaan Pajang
telah menjadi kerajaan boneka di bawah kekuasaan Mataram.
c. Kerajaan Mataram
d. Kerajaan Cirebon
e. Kerajaan Banten
[1] Ahmad Khalil, opcit, hal.
61. Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa Raden Fatah adalah putra Raja
Majapahit, Brawijaya V dengan seorang selir dari Cempa, Raden Patah kemudian
berguru kepada Sunan Ampel dan menikah dengan anak sulung dari Nyai Ageng
Maloka, cucu Sunan Ampel. Oleh Brawijaya, Raden Patah diangkat sebagai adipati
di Glagahwangi dengan nama Adipati Natapraja dengan ibu kota Demak.
[2]
Ibid, hal.62
[3]
Ibid, hal.63
[4]
Senopati ini membunuh atas perintah
Pangeran Benawa dan sebagai imbalan dari keberhasilannya pangeran hendak
memberikan hak atas warisan ayahnya kepada senopati. Tetapi senopati menyatakan
keinginannya untuk tetap tinggal di Mataram, ia hanya minta Pusaka Kerajaan
Pajang. Ibid hal.63-65


Leave a Comment